PejalanRuhani adalah media Majelis Dzikir Baitul Fatih, Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah.
Mutawallias-Sya'rawi menjelaskan bahwa nasihat ini bertujuan untuk mengingatkan orang yang mungkin lalai dan sebagai bahan pertimbangan bagi setiap manusia. Beliau mengatakan bahwa seorang anak perempuan akan meninggalkan rumah dan keluarganya yang dulu, demi pergi ke rumah dan lingkungan yang serba baru bahkan belum pernah kita kenal.
Setelahmempelajari surat Syekh Sya'rawi, Raja Su'ud yang Wahabi kemudian membatalkan pemindahan maqam Ibrahim karena nasehat seorang ulama Asy'ari; Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi. Selain itu, sangat banyak para ulama Al-Azhar yang Asy'ari diutus untuk mengajar di Universitas-Universitas Arab Saudi dan cabang-cabangnya seperti
SyekhMutawalli as-Sya'rawi, seorang ulama kontemporer menjelaskan, meskipun hadis ini dihukumi dho'if, akan tetapi ia memiliki makna yang benar, وسواءٌ صح الحديث أو لم يصح فهو يعني فساد النسب إذا كان الأصل غير سليم.
SyekhMuhammad Mutawalli Sya'rawi TAFSIR SYA'RAWI Renungan Seputar Kitab Suci Alquran Jilid 10 Juz XIX dan Juz XXI asy-Syuarâ' (26): 1 s/d al-Ahzâb (33): 30 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Alquran, Tafsir Tafsir Sya'rawi jilid 10/penulis, Syekh Muhammad Mutawally Sya'rawi; Penerjemah Tim Safir al-Azhar
KataMutiara Nasehat dari Habib Syekh bin 'Abdul Qadir as-Segaf (Habib Syekh bin 'Abdul Qadir as-Segaf) Foto : Habibana Syekh Abdul Qadir as-Segaf saat bersilaturahim ke Desa Adat Osing, Kemiren, Banyuwangi. Muhammad Adnan Al-Afwiyuni Syaikh Muhammad Amin al-Jaelani Syaikh Riyadh Bazo Syeikh Adnan al-Afyouni Mufti Syeikh Mutawali Sya
. Commentary Summary Written commentary compiled by volunteers utilizing Sh. Jamaal Diwan's audio commentary above and English translation of Ibn Daqiq Al-Id's commentary on The Forty Hadith of Imam al-Nawawi. This Hadith focuses on al-Nasihah, advice or sincerity. The Prophet sas says that the entire religion is encompassed in the concept of nasihah and that the main pillar of the religion and its soundness lies in this concept of nasihah. Nasihah is usually translated as advice, but this translation does not convey the true meaning of the word. The closer meaning of the term nasihah is sincerity. That means that the entire religion is encompassed by the concept of sincerity. The Prophet sas stated in the hadith that nasihah should be given to five categories to Allah, His Book, His Messenger, to the leaders of the Muslims and to the common people. 1 Nasihah to Allah swt Nasihah to Allah swt means that we should have correct belief in Allah and reject associating anything with Him. It means that we constantly try to purify our relationship with Him and be as true to this relationship as much as possible. We also do what is required of us and sustain from what is prohibited. Nasihah to Allah also means that we must know how to implement the shariah of Allah in our lives and how to journey towards Him. 2. Nasihah to Allah’s Book Nasihah to His Book means believing that the Quran is the Speech of Allah swt, that it was sent down as Revelation, and that there is no similarity between the Speech of Allah and the speech of mankind. To be pure and sincere in our relationship with the Quran requires that we have the utmost respect to the Quran. We call the Quran with respectful names, such as the Noble Quran and the Glorious Quran. We have to act on and respect the content of the Book, by carrying out its commands nd staying away from its prohibitions. Explaining the Quran to others, helping people understand the beauty of the Quran and defending the Quran against attacks is part of giving nasihah to Allah’s Book. 3. Nasihah to Allah’s Messenger sas Part of giving Nasihah to the Prophet sas is knowing him, understanding his life and the struggles he went through and relating his struggles to our daily life. Loving the prophet more than anything else and loving him more than ourselves is part of giving nasihah to the Prophet. Obeying the Prophet sas, rejecting those whom had enmity towards him, being loyal to those who gave allegiance to him, honoring him, and reviving his manners and sunnah are all important aspects of giving nasihah to the Prophet sas. 4. Nasihah to the leaders of the Muslims Giving nasihah to the leaders of the Muslims involves making duaa for them that Allah guides them, protects them and makes them able to carry out their responsibilities. Another way is to correct them when they are wrong, as Abu-Bakr raa asked of the believers when he was entrusted with leadership, “As long as I command you to do what Allah and His Messenger commanded you to do, then you should obey me, but if don’t then you should set me straight.” Another way of giving naseeha to the leaders of the Muslims is to know them, interact with them, get involved in their efforts in a constructive way and not to sit back and criticize what they are doing without trying to help them. 5. Nasihah to the Muslim people Giving nasihah to the Muslims in general means giving them advice. The Prophet sas said, “The rights of a believer over a believer are six,” and then he mentioned that among them is "if he asks you for an advice you have to give him advice.” Giving nasihah involves guiding them towards that which will correct their affairs in both this life and the next. It involves protecting them from harm, helping them in times of need, providing what is beneficial for them, encouraging them to do good and forbidding them from evil with kindness and sincerity, and showing mercy towards them.
DisclaimerTHE CONTENTS OF THIS WEBSITE ARE FOR INFORMATIONAL PURPOSES ONLY AND ARE NOT INTENDED TO BE A SUBSTITUTE FOR PROFESSIONAL MEDICAL ADVICE, DIAGNOSIS, TREATMENT, OR PREVENTION OF A DISEASE OR MEDICAL CONDITION. PLEASE CONSULT A PHYSICIAN FOR THE TREATMENT AND/OR MANAGEMENT OF ANY DISEASE OR MEDICAL CONDITION WITHOUT DELAY.
Jakarta – Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi merupakan satu dari sekian banyak ulama dunia yang memiliki pengaruh besar pada abad ke-20. Tidak hanya dalam bidang keagamaan seperti tafsir, Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi memberikan kontribusi besar pada bidang sosial kemasyarakatan hingga politik internasional, khususnya di wilayah Timur Tengah. Syekh Mutawalli Asy-Syara’wi merupakan seorang ulama kharismatik yang dihormati oleh dunia Islam, khususnya rakyat Mesir. Keluhuran akhlak dan keluasan ilmu yang dimiliki membuat beliau dikenal, bahkan pada November 1976 beliau diangkat menjadi Menteri Wakaf dan Urusan Al-Azhar pada pemerintahan Anwar Sadat. Kala itu beliau mendukung penuh kebijakan Pemerintah Mesir yang menentang dominasi Israel di Kawasan Timur Tengah dan Palestina. Kolaborasi metode dakwah yang santun dan kerendahan hati juga membuat beliau dikagumi oleh para umat muslim. Sebagaimana dilansir dari Ustaz Miftah Al-Banjary, seorang pakar linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur’an asal Banjar, Kalimantan Selatan pernah menceritakan kerendahan hati Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi. Kala itu seusai pengajian, seorang marbot masjid tempat Syekh Mutawalli menggelar pengajian mendapati Syekh Mutawalli membersihkan toilet yang kotor seorang diri. Syekh Mutawalli membersihkan toilet setelah semua jamaah pulang, hingga tinggallah dia sendiri. Malam itu, marbot tersebut sangat terkejut mendapati seseorang pada tengah malam sedang membersihkan toilet. Saat dicermati, ternyata sosok yang membersihkan toilet adalah Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi, orang yang alim dan sangat dihormati di seluruh penjuru Mesir. Dengan gaya khas orang Mesir, marbot tersebut bertanya dengan setengah berteriak, “Ihda ya ammu Syekh? Fi eh? Bi ti’miel ih hadratak?” Ada apa ini wahai paman Syekh? Ada apa? Mengapa anda melakukan ini? kata marbot tersebut. Si marbot merasa malu, bagaimana tidak, pekerjaan yang sebagian orang pandang kotor dan hina kini dikerjakan oleh orang yang paling mulia di Mesir. Syekh Sya’rawi hanya tersenyum dan berkata, “Bukan salah Anda. Anda tidak usah merasa sungkan. Saya melakukan ini untuk menebus kesalahan saya. Tadi, ketika saya sedang mengajar jamaah yang sedemikian banyaknya, saya terbesit bahwa saya ini tampil sebagai seorang guru bagi mereka. Saya merasa lebih berilmu meski itu hanya sebatas lintasan persekian detik saja, saya langsung beristighfar.” “Saya tidak akan membiarkan ada sedikit pun rasa kesombongan boleh terlintas dalam hati saya. Agar menyadarkan nafsu saya bahwa saya ini sesungguhnya bukan siapa-siapa, saya tidak memiliki kemuliaan, maka saya didik nafsu saya agar dia mau melakukan hal yang dianggapnya rendahan dan hina ini. Inilah cara saya mendidik hati saya,” begitulah jawaban dari seorang yang digelari Mujadid Abad ke-20. Berikut tujuh kalam emas beliau yang dapat direnungi Bersama dalam mengarungi luasnya kehidupan 1. Jika kamu tidak mampu mengatakan kebenaran, maka jangan bertepuk tangan atas kebatilan. 2. Jika kamu tidak memiliki orang yang dengki kepadamu, maka ketahuilah bahwa kamu adalah orang gagal. 3. Tidak ada orang yang berkuasa di dunia ini melainkan karena kehendak Allah SWT. 4. Janganlah kamu beribadah kepada Allah agar Dia memberimu, tapi beribadalah agar Dia ridha. Karena ridha-Nya akan membuatmu terperangah dengan banyaknya pemberian-Nya. 5. Jika kamu melihat seorang miskin di negeri muslim, maka ketahuilah bahwa di sana ada orang kaya yang mencuri hartanya. 6. Orang yang memiliki ayah tidak akan gelisah, lantas bagaimana mungkin orang yang memiliki Allah gelisah? 7. Janganlah gelisah karena rencana manusia, karena maksimal yang mampu mereka lakukan adalah menjalankan kehendak Allah SWT. Semoga kita semua mendapat keberkahan beliau, dapat meniru kerendahan hati dan keluruhan akhlak beliau. Berikut adalah pesan terakhir beliau sebelum wafat “Apabila kamu melihat pertikaian antara kebenaran dengan kebenaran, maka hal itu tak akan mungkin kau dapati. Sesungguhnya kebenaran itu hanya satu. Tak akan kamu dapati pula dan tak akan panjang suatu perselisihan antara kebenaran dan kebatilan, karena suatu kebatilan selalu akan binasa.” Disadur dari berbagai sumber. [embedded content] Editor Daniel Simatupang
nasehat syekh sya rawi